Sekolah Rakyat, Ikhtiar Nyata Pemerintah Hapus Ketimpangan Sosial Anak Bangsa

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Sosial mengimbau masyarakat untuk tidak terburu-buru menilai keluhan kesehatan siswa Sekolah Rakyat sebagai bentuk kegagalan program. Menteri Sosial Saifullah Yusuf menegaskan bahwa semua proses penerimaan siswa dilakukan dengan persetujuan orang tua dan berdasarkan hasil seleksi kesehatan.

“Tidak ada yang dipaksa. Semua atas izin orang tua, dan melalui seleksi. Sekolah Rakyat bukan paksaan, ini pilihan untuk masa depan anak-anak,” tegas Gus Ipul, Jumat (25/7/2025).

Beberapa siswa nampak semangat beradaptasi dengan aktivitas baru meski beberapa siswa sempat sakit perut. Gus Ipul menjelaskan bahwa adaptasi ini refleksi kondisi ekonomi sebagian besar siswa sebelumnya.

“Mereka dulu hanya bisa makan sekali sehari. Sekarang tiga kali plus dua snack. Ini proses adaptasi fisik yang wajar,” ujarnya.

Pihak sekolah juga mengantisipasi potensi gangguan kesehatan selama masa adaptasi.

“Kami sudah sediakan tim dokter dan psikolog. Kalau ada yang sakit, langsung ditangani,” ucap Kepala SRMP 10 Bogor, Fitri Puspita Sari.

Ia menyebutkan tujuh siswa absen dari acara makan malam bersama Mensos karena gejala ringan seperti mual, flu, dan cacar. Namun, mayoritas siswa dalam kondisi sehat dan mengikuti aktivitas belajar mengajar secara penuh.

Salah satu siswa, Asya Asyifa, mengaku sangat bersyukur bisa kembali bersekolah.

“Kalau di sini Alhamdulillah bisa makan tiga kali. Tapi kadang ingat orang tua, mungkin mereka cuma makan sekali,” ucapnya lirih.

Respons positif datang dari masyarakat yang melihat langsung dampak program ini. Warga di sekitar Sentra Terpadu Inten Soeweno menyambut kehadiran Sekolah Rakyat sebagai harapan baru.

“Anak-anak ini harus dirawat bukan hanya dengan makanan, tapi juga kasih sayang dan perhatian,” kata Fitri.

Pemerintah berkomitmen terus menyempurnakan program ini.

“Kami tahu belum sempurna. Tapi ini ikhtiar nyata. Sekolah Rakyat membuka peluang bagi anak-anak yang sempat putus sekolah untuk kembali belajar, dengan fasilitas yang layak,” tegas Gus Ipul.

Ia menegaskan kembali pentingnya memastikan siswa bertumbuh dan bermimpi tinggi.

“Ini bukan soal makan enak atau tidak, ini soal hak anak untuk tumbuh sehat, belajar, dan bermimpi lebih tinggi,” tegasnya.

More From Author

Beda Metode, Data Kemiskinan BPS dan Bank Dunia Tidak Bisa Disamakan

Sekolah Rakyat Disambut Hangat, Kesehatan Siswa Jadi Prioritas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *