Jakarta – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara siap menggelontorkan dana sebesar Rp26 triliun untuk mendukung revitalisasi tambak ikan di Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat, yang merupakan salah satu proyek strategis nasional dalam membangun ekonomi biru dan ketahanan pangan berbasis kelautan.
Hal ini diumumkan dalam acara Penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berlangsung di Kantor KKP, Jakarta. Proyek ini akan menyasar 20.413 hektare tambak kurang produktif yang tersebar di empat kabupaten: Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, memastikan bahwa seluruh kebutuhan investasi proyek akan ditanggung oleh Danantara.
“Luasannya 20 ribu hektare, perkiraan investasi menurut kita sekitar Rp 26 triliun. Ya, dong (full) dari Danantara,” ujar Trenggono.
Ia juga menambahkan bahwa dana dari APBN hanya akan digunakan dalam jumlah terbatas untuk keperluan teknis awal, seperti pemetaan dan penetapan batas wilayah.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tambak ikan yang saat ini masih rendah—yakni 0,6 ton per hektare per tahun. Setelah revitalisasi, produksi ditargetkan melonjak hingga 144 ton per hektare per tahun, dengan estimasi total produksi mencapai 1,18 juta ton dan nilai ekonomi mencapai Rp30,65 triliun. Proyek ini juga diproyeksikan menciptakan lebih dari 119 ribu lapangan kerja baru.
Menurut Trenggono, revitalisasi tambak menjadi bagian penting dari reformasi sektor kelautan. Indonesia, katanya, perlu memfokuskan diri pada lima komoditas unggulan berorientasi ekspor: udang, nila salin, kepiting, rumput laut, dan lobster.
“Kalau itu kita perbolehkan, setiap bulan tuh seribu kontainer diminta, seribu ton diminta oleh market,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menekankan bahwa revitalisasi ini tidak hanya untuk meningkatkan produksi, tetapi juga sebagai langkah membangun ekosistem pesisir secara menyeluruh.
“Budidaya itu bukan hanya sekedar untuk mengembangkan ikan air tawar atau ikan tambak, tetapi yang lebih penting dari itu adalah membangun ekosistem pantai,” ujar Dedi.
Ia menyebut proyek ini sebagai titik balik paradigma pembangunan kelautan. Menurutnya, masalah daratan seperti pencemaran sungai memberi dampak langsung pada laut. Oleh sebab itu, ia menargetkan penghapusan bangunan liar di bantaran sungai serta rehabilitasi kawasan pesisir dan muara sungai.
“Kalau seluruh garis pantai Jawa Barat tertata, sungai-sungainya bersih, sedimentasinya terselesaikan, dan pantai-pantainya melambai nyiur, saya yakin, Indonesia Maju akan menjadi kenyataan,” tegas Dedi.
Pembangunan fisik proyek revitalisasi tambak ini dijadwalkan dimulai pada tahun 2026.